artikel
Cintai Anakmu untuk Selamanya
PADA saatnya anak-anak
akan pergi, meninggalkan kita, sepi… Mereka bertebaran di muka bumi
untuk melaksanakan tugas hidupnya; berpencar, berjauhan. Sebagian di
antara mereka mungkin ada yang memilih untuk berkarya dan tinggal di
dekat kita agar berkhidmat kepada kita. Mereka merelakan terlepasnya
sebagian kesempatan untuk meraih dunia karena ingin meraih kemuliaan
akhirat dengan menemani dan melayani kita. Tetapi pada saatnya, kita pun
akan pergi meninggalkan mereka. Entah kapan. Pergi dan tak pernah
kembali lagi ke dunia ini.
Sebagian di antara kematian adalah
perpisahan yang sesungguhnya; berpisah dan tak pernah lagi berkumpul
dalam kemesraan penuh cinta. Orangtua dan anak hanya berjumpa di hadapan
Mahkamah Allah Ta’ala, saling menjadi musuh satu sama lain, saling
menjatuhkan. Anak-anak yang terjungkal ke dalam neraka itu tak mau
menerima dirinya tercampakkan sehingga menuntut tanggung-jawab orangtua
yang telah mengabaikan kewajibannya mengajarkan agama.
Adakah itu termasuk kita? Alangkah besar
kerugian di hari itu jika anak dan orangtua saling menuntut di hadapan
Mahkamah Allah Ta’ala.
Inilah hari ketika kita tak dapat menyewa
pengacara, dan para pengacara tak dapat membela diri mereka sendiri.
Lalu apakah yang sudah kita persiapkan untuk mengantarkan anak-anak
pulang ke kampung akhirat? Dan dunia ini adalah ladangnya.
Sebagian di antara kematian itu adalah
perpisahan sesaat; amat panjang masa itu kita rasakan di dunia, tapi
amat pendek bagi yang mati. Mereka berpisah untuk kemudian dikumpulkan
kembali oleh Allah Jalla wa ‘Ala. Tingkatan amal mereka boleh jadi tak
sebanding. Tapi Allah Ta’ala saling susulkan di antara mereka kepada
yang amalnya lebih tinggi.
Allah Ta’ala berfirman:
“والذين آمنوا واتبعتهم ذريتهم بإيمان ألحقنا بهم ذريتهم وما ألتناهم من عملهم من شيء كل امرئ بما كسب رهين”
“Dan orang-orang yang beriman dan yang
anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak
cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari
pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang
dikerjakannya.” (QS. Ath-Thuur, 52: 21).
Diam-diam bertanya, adakah kita termasuk
yang demikian ini? Saling disusulkan kepada yang amalnya lebih tinggi.
Termasuk kitakah?
Adakah kita benar-benar mencintai anak
kita? Kita usap anak-anak kita saat mereka sakit. Kita tangisi mereka
saat terluka. Tapi adakah kita juga khawatiri nasib mereka di akhirat?
Kita bersibuk menyiapkan masa depan mereka. Bila perlu sampai letih
badan kita. Tapi adakah kita berlaku sama untuk “masa depan” mereka yang
sesungguhnya di kampung akhirat?
Tengoklah sejenak anakmu. Tataplah
wajahnya. Adakah engkau relakan wajahnya tersulut api nereka hingga
melepuh kulitnya? Ingatlah sejenak ketika engkau merasa risau melihat
mereka bertengkar dengan saudaranya. Adakah engkau bayangkan ia
bertengkar denganmu di hadapan Mahkamah Allah Ta’ala karena lalai
menanamkan tauhid dalam dirinya?
Ada hari yang pasti ketika tak ada pilihan
untuk kembali. Adakah ketika itu kita saling disusulkan ke dalam surga
atau saling bertikai?
Maka, cintai anakmu untuk selamanya! Bukan
hanya untuk hidupnya di dunia. Cintai mereka sepenuh hati untuk suatu
masa ketika tak ada sedikit pun pertolongan yang dapat kita harap
kecuali pertolongan Allah Ta’ala. Cintai mereka dengan pengharapan agar
tak sekedar bersama saat dunia, lebih dari itu dapat berkumpul bersama
di surga. Cintai mereka seraya berusaha mengantarkan mereka meraih
kejayaan, bukan hanya untuk kariernya di dunia yang sesaat. Lebih dari
itu untuk kejayaannya di masa yang jauh lebih panjang. Masa yang tak
bertepi.*
Oleh: Mohammad Fauzil Adhim
Sumber: hidayatullah.com
Posting Komentar
0 Komentar